Kamis, 08 Desember 2011

Budidaya Seledri di Dataran Rendah


Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.

Budidaya Seledri dapat ditanam dari dataran rendah hingga dataran tinggi, tetapi untuk mencapai hasil optimal penanamannya dilakukan pada ketinggian antara 1.000-1.200 mdpl. bisa memperoleh hasil yang terbaik.

Cara Budidaya Seledri di Dataran Rendah
1. Persiapan Benih
Seledri dapat diperbanyak secara generatif dengan biji atau vegetatif dengan anakan. Untuk tujuan komersil tanaman seledri dapat diperbanyak dengan biji. Benih berasal dari varietas unggul dengan daya kecambah > 90%.
Ada tiga jenis seledri yang biasa dibudidayakan:
  • Budidaya Seledri jenis Seledri daun atau seledri iris (A. graveolens Kelompok secalinum) yang biasa diambil daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia. 
  • Budidaya Seledri jenis Seledri tangkai (A. graveolens Kelompok dulce) yang tangkai daunnya membesar dan beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen salad. 
  • Budidaya Seledri jenis Seledri umbi (A. graveolens Kelompok rapaceum), yang membentuk umbi di permukaan tanah; biasanya digunakan dalam sup, dibuat semur, atau schnitzel. Umbi ini kaya provitamin A dan K.
2. Pengolahan Lahan
  • Lahan ideal adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik, mampu menahan air dan berdrainase baik dengan pH tanah antara 5,5-6,5.
  • Tanah dicangkul sedalam 20-30 cm biarkan selama 15 hari, jika pH tanah kurang dari 6.5 campurkan kapur kalsit atau dolomit dengan tanah olahan, dosis kapur 1-2 ton/ha tergantung pH tanah dan jumlah Alumunium di dalam tanah, pemberian 2-3 minggu sebelum tanam. 
  • Buat bedengan dengan lebar 100 cm, tinggi 30 cm, panjang sesuai lahan, dan jarak antar bedengan 50 cm.
  • Bedengan diberi naungan berupa alang-alang atau jerami dengan tinggi 1-1,5 m.
3. Persemaian
  • Benih disemai pada bedengan di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan jarak antar alur 10-20 cm, sebelum disemai, benih direndam dalam air hangat (50oC) atau dalam larutan Frevicur N dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2 jam, kemudian dikeringkan.
  • Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan bedengan sampai lembab.
  • Untuk menjaga kelembaban persemaian ditutup dengan alang-alang atau jerami dan ditinggikan tutup tersebut apabila kecambah telah tumbuh.
4. Penanaman
  • Setelah + 40 hari atau telah berdaun 3-4 helai cabut bibit seledri yang sehat dengan akarnya.
  • Potong sebagian akar, selanjutnya akar direndam kedalam larutan pestisida Benlate atau Derosol pada konsentrasi 50% sekitar 15 menit.
  • Pindahkan bibit pada bedengan yang telah dipersiapkan, satu bibit per lobang tanam, dengan jarak tanam: 25 x 30 cm; 20 x 20 cm atau 15 x 20 cm (tergantung varietas) dan padatkan tanah disekitar batang.
  • Siram bedengan sampai lembab.
5. Pemeliharaan Tanaman
  • Jika ada tanaman yang mati lakukan penyulaman 7-15 hari setelah tanam.
  • Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan berikutnya disesuaikan dengan keadaan gulma.
  • Di awal masa pertumbuhan, penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, berikutnya dikurangi menjadi 2-3 kali seminggu tergantung dari cuaca. Tanah tidak boleh kekeringan atau tergenang air (becek).
6. Pemupukan
  • Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, yaitu pupuk kotoran ayam dengan dosis 20.000 kg/ha sebaiknya pupuk kompos organik hasil fermentasi dengan dosis 4 kg/m2, diaduk dengan tanah permukaan bedengan.
  • Pada umur 2 minggu setelah tanam berikan pupuk N 300 kg, P 75 kg dan K 250 kg/ha secara larikan dibarisan tanaman.
  • Pupuk susulan berikutnya larutkan 2-3 kg pupuk NPK ke dalam 200 liter air dan berikan secara kocor diantara barisan tanaman, hal ini dapat dilakukan selama tanaman masih produksitf dengan interfal 7 hari satu kali pemberian.
  • Dapat juga diberikan pupuk cair dengan dosis 0,3 ml/m2 yang dimulai pada umur 3 minggu setelah tanam dengan interval 10 hari satu kali.
7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
  • Hama yang ditemui seperti ulat tanah, keong, kutu daun tungau. Hama dapat dihilangkan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan.
  • Penyakit yang sering menyerang tanaman yaitu bercak cercospora, bercak septoria, virus aster yellow. Pengendalian dilakukan mulai dari persemaian hingga panen, jika terpaksa gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
8. Panen
  • Seledri dapat dipanen setelah berumur 40 sampai dengan 150 hari setelah tanam (tergantung varietas).
  • Saledri daun dipanen 4-8 hari sekali..
  • Seledri potong dipanen dengan memotong tanaman pada pangkal batang secara periodik sampai pertumbuhan anakan berkurang.
  • Seledri umbi dipanen dengan memetik daun-daunnya dan dilakukan secara periodik sampai tanaman kurang porduktif.
9. Pasca Panen
  • Hasil panen diseleksi dengan cara membuang tangkai daun yang cacat atau terserang hama.
  • Untuk membersihkan dari kotoran/tanah dan residu pestisida, seledri dicuci dengan air mengalir atau disemprot kemudian tiriskan di rak-rak.
  • Sortasi perlu dilakukan terutama jika seledri akan dipasarkan di swalayan atau untuk eksport. Sortasi dilakukan berdasarkan ukuran dan jenis yang seragam dan sesuai dengan permintaan pasar.
  • Seledri diikat pada berat tertentu yang disesuaikan dengan permintaan pasar.

0 komentar:

Posting Komentar